IDAI Hentikan Sementara Obat Sirup, Curigai Bahan Berbahaya Ini

IDAI Hentikan Sementara Obat Sirup, Curigai Bahan Berbahaya Ini IDAI Hentikan Sementara Obat Sirup, Curigai Bahan Berbahaya Ini

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyikapi perkembangan situasi dengan kasus gangguan ginjal akut misterius yang masih terus bertambah batas 206 kasus. Pihak IDAI kini memutuskan menjumpai menghentikan sementara pemberian obat sirup terkait kontaminasi bahan berbahaya diduga penyebab Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA) itu.

"Tenaga kesehatan menghentikan senyampang peresepan obat sirup bahwa diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol setara hasil investigasi Kementerian Kesehatan selanjutnya Badan Pengawas Obat selanjutnya Makanan," tulis keterangan pers IDAI, dikutip VIVA, Rabu 19 Oktober 2022. Scroll untuk info lengkapnya.

Untuk itu, IDAI turut mengimbau agar masyarakat tak asal memesan obat tanpa rekomendasi. Hal ini dilakukan beberapa waktu tenggat hasil investigasi menyeluruh oleh pemerintah lagi para ahli lain.

"Masyarakat bagi sementara waktu tidak membayar obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh ganjaran Kementerian Kesehatan bersama Badan Pengawas Obat bersama Makanan," jelasnya.

IDAI meminta masyarakat tetap tenang maka waspada terhadap gejala GgGAPA seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air ketang (BAK) secara mendadak. Selain obat sirup, IDAI juga mengimbau agar orangtua menurunkan aktivitas anak cucu guna mencegah risiko infeksi.

"Sebaiknya memangkas aktivitas anak-anak, distingtifnya balita, bahwa memaparkan risiko infeksi seperti kerumunan, ruang terkap, tidak menggunakan masker," tambahnya.

IDAI menambah, bila memerlukan obat sirup spesial, misalnya obat anti epilepsi, atau lainnya, yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anggota atau konsultan anggota. Jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat paling dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain.

"Seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam dalam bentuk monoterapi. Peresepan obat puyer monoterapi tetapi boleh dilakukan oleh dokter dengan memerhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, selanjutnya tata cara pemberian," lapor IDAI.

IDAI juga melanjutkan agar tenaga kesehatan diimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal GgGAPA tidak bohong dirawat inap maupun dirawat jalan. Serta, anjuran agar rumah remuk meningkatkan kewaspadaan deteksi dini GgGAPA dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GgGAPA.